Profil Desa Tanjungsari

Ketahui informasi secara rinci Desa Tanjungsari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Tanjungsari

Tentang Kami

Profil Desa Tanjungsari, Manisrenggo, Klaten, sebagai salah satu desa pewaris tradisi agraris tembakau Vorstenlanden. Mengupas tuntas jejak sejarah, proses budidaya yang khas, potensi ekonomi, serta kehidupan sosial masyarakat di gerbang Candi Prambanan.

  • Pewaris Tradisi Tembakau Vorstenlanden

    Identitas utama dan paling unik dari Desa Tanjungsari ialah perannya sebagai salah satu kantong pelestari tradisi penanaman tembakau Vorstenlanden, sebuah komoditas bersejarah berkualitas tinggi dari era kolonial.

  • Sejarah Agraris yang Mengakar

    Praktik pertanian di desa ini, khususnya budidaya tembakau, merupakan warisan langsung dari sejarah panjang wilayah Vorstenlanden (Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta) sebagai pusat perkebunan elit.

  • Lokasi Strategis di Gerbang Prambanan

    Berbatasan langsung dengan Kecamatan Prambanan, lokasi Tanjungsari tidak hanya strategis secara ekonomi tetapi juga kaya akan konteks historis, yang membuka peluang pengembangan di masa depan.

XM Broker

Di batas timur Kecamatan Manisrenggo, di mana lanskap agraris bertemu dengan aura historis Candi Prambanan, terletak Desa Tanjungsari. Desa ini bukan sekadar sebuah pemukiman petani biasa; ia merupakan salah satu lembar hidup dari sejarah agraris Jawa yang agung. Di tanahnya yang subur, Tanjungsari dengan setia merawat warisan berharga: tradisi penanaman tembakau Vorstenlanden. Aroma khas dari daun tembakau yang dijemur menjadi penanda sebuah warisan yang bertahan, menjadikan desa ini sebagai penjaga tradisi di tengah perubahan zaman.

Geografi dan Demografi: Tanah Bersejarah di Perbatasan Timur

Desa Tanjungsari secara administratif berada di Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten. Luas wilayahnya tercatat sekitar 151,20 hektar, yang sebagian besar merupakan lahan pertanian produktif. Secara topografi, lahan di desa ini cenderung datar dengan sedikit kemiringan, dialiri oleh jaringan irigasi yang memadai untuk menopang dua siklus tanam utama: padi dan tembakau.Lokasinya menempatkan Tanjungsari pada posisi yang unik. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Kebonalas. Di sisi barat berbatasan dengan Desa Borangan dan di sisi selatan bersebelahan dengan Desa Sapen. Namun batas paling signifikan ialah di sebelah timur, di mana Tanjungsari berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Prambanan. Posisi sebagai "desa gerbang" ini memberikannya aksesibilitas dan pengaruh historis yang kuat dari pusat peradaban Mataram Kuno.Berdasarkan data kependudukan per Oktober 2025, Desa Tanjungsari dihuni oleh 3.425 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, tingkat kepadatan penduduknya mencapai sekitar 2.265 jiwa per kilometer persegi. Mayoritas penduduknya merupakan petani yang mewarisi keahlian dan pengetahuan pertanian secara turun-temurun, khususnya keahlian dalam menanam komoditas spesifik yang menjadi kebanggaan desa.

Jejak Agraris Masa Lalu: Tradisi Tembakau Vorstenlanden

Keistimewaan yang membedakan Tanjungsari dari desa-desa lain di Manisrenggo ialah tradisi penanaman tembakau Vorstenlanden. Tembakau ini bukanlah tembakau biasa; ia merupakan varietas legendaris yang dikembangkan pada masa kolonial Belanda di wilayah Vorstenlanden (secara harfiah berarti "tanah para pangeran," merujuk pada wilayah Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta). Tembakau ini sangat dihargai di pasar dunia karena kualitasnya yang prima, terutama sebagai bahan baku cerutu dan rokok berkualitas tinggi.Di Tanjungsari, budidaya tembakau ini merupakan sebuah seni yang diwariskan. Prosesnya menuntut ketelitian, kesabaran, dan pengetahuan mendalam tentang tanah dan cuaca. Para petani di sini, yang banyak di antaranya telah berusia senja, masih mempraktikkan metode tradisional mulai dari penyemaian bibit, perawatan tanaman, hingga proses panen dan pengeringan yang sangat khas."Menanam tembakau itu seperti merawat anak sendiri, harus telaten. Sejak memilih benih sampai proses pengomprongan (pemeraman/pengeringan), semua ada ilmunya," ungkap Mbah Karto, seorang petani senior di Tanjungsari. Proses pengeringan daun tembakau di lumbung-lumbung pengering tradisional (los tembakau) menjadi pemandangan ikonik di desa ini setelah musim panen, menyebarkan aroma manis dan khas yang menjadi penanda kemakmuran.

Dinamika Pertanian Modern: Antara Padi dan Tembakau

Meskipun tembakau menjadi ikon, realitas pertanian di Tanjungsari bersifat dinamis. Para petani modern melakukan rotasi tanaman yang cermat antara padi dan tembakau untuk menjaga kesehatan tanah dan memitigasi risiko. Umumnya, lahan sawah akan ditanami padi pada musim penghujan. Setelah panen padi, di musim kemarau, lahan yang sama akan diolah untuk ditanami tembakau.Keputusan untuk menanam tembakau setiap tahunnya merupakan sebuah kalkulasi ekonomi yang cermat. Bertani tembakau dianggap memiliki skema "risiko tinggi, imbalan tinggi". Jika cuaca mendukung dan harga di pasaran bagus, keuntungan dari panen tembakau bisa berkali-kali lipat dibandingkan padi. Namun, jika cuaca buruk atau harga anjlok, kerugian yang ditanggung juga besar. Dinamika inilah yang membentuk karakter petani Tanjungsari menjadi sosok yang ulet, berani mengambil risiko, dan pandai membaca tanda-tanda alam.Pemerintah setempat dan kelompok tani terus berupaya memberikan dukungan, misalnya melalui penyuluhan untuk teknik budidaya yang lebih efisien dan informasi mengenai pasar. Keseimbangan antara menanam padi untuk ketahanan pangan dan menanam tembakau untuk kesejahteraan ekonomi menjadi kunci strategi pertanian di desa ini.

Kehidupan Sosial dan Budaya Petani Tembakau

Budidaya tembakau yang rumit dan padat karya telah membentuk struktur sosial dan budaya yang khas di Desa Tanjungsari. Berbeda dari pertanian padi yang sebagian tahapnya bisa dimekanisasi, banyak proses dalam budidaya tembakau, seperti memetik daun (wiwil) dan merangkainya untuk dijemur, masih harus dilakukan dengan tangan. Proses ini seringkali melibatkan banyak tenaga kerja, sehingga memperkuat ikatan sosial dan semangat gotong royong di antara para petani.Musim panen tembakau menjadi periode paling sibuk dan paling komunal di desa. Para tetangga saling membantu di ladang maupun di los tembakau. Suasana kebersamaan ini menjadi perekat sosial yang menjaga harmoni di tengah masyarakat. Tradisi ini juga melahirkan sebuah kultur yang menghargai ketelitian, kualitas, dan kerja keras, nilai-nilai yang esensial untuk menghasilkan daun tembakau terbaik.

Tantangan Pelestarian dan Peluang Masa Depan

Sebagai penjaga warisan agraris, Desa Tanjungsari menghadapi tantangan yang tidak ringan. Kampanye anti-rokok global dan regulasi industri tembakau yang semakin ketat menjadi tantangan eksternal. Secara internal, tantangan terbesar ialah regenerasi. Tidak banyak generasi muda yang tertarik untuk melanjutkan profesi sebagai petani tembakau yang dianggap rumit dan penuh ketidakpastian.Namun, di tengah tantangan tersebut, terbentang pula peluang yang besar. Status legendaris tembakau Vorstenlanden dapat menjadi modal untuk branding dan pemasaran. "Tembakau Asli Tanjungsari" berpotensi untuk dipasarkan sebagai produk niche atau artisanal bagi para penikmat cerutu atau tembakau linting berkualitas tinggi, baik di pasar domestik maupun internasional.Selain itu, lokasi desa yang berbatasan langsung dengan kawasan Candi Prambanan membuka peluang emas untuk pengembangan agrowisata sejarah. Paket wisata yang menawarkan pengalaman melihat langsung proses budidaya tembakau legendaris, mulai dari ladang hingga los tembakau, dapat menjadi daya tarik unik bagi wisatawan yang mencari pengalaman otentik. Dengan mengemas sejarah, budaya, dan pertanian menjadi satu paket, Tanjungsari tidak hanya menjual komoditas, tetapi juga cerita dan warisan.Sebagai penutup, Desa Tanjungsari lebih dari sekadar unit administratif. Ia adalah sebuah arsip hidup yang menyimpan aroma dan kisah dari masa lalu. Di tangan para petaninya yang setia, sehelai daun tembakau bukan hanya produk pertanian, melainkan simbol dari sebuah warisan, ketahanan, dan identitas yang terus diperjuangkan keberadaannya.